kecewa yang terobati....benarkah??

saya beranjak ke dalam kehidupan baru di IPB dengan setumpuk rasa kecewa yang belum terobati. begitu banyak rasa heran karena fenomena-fenomena baru yang membuat hati ini miris dan enggan untuk percaya lagi.

ketika masuk IPB...saya selalu berharap rasa kecewa itu terobati paling tidak saya akan bisa tersenyum untuk hari-hari yang akan terlewati dalam kehidupan yang hampir sama.

bisa dikatakan...ya, kecewa itu memang terobati awalnya. setelah perjalanan yang begitu panjang, hadir lagi hadapan obat-obat dan penyembuh dari rasa kecewa itu. setidaknya ketika saya menemukan lagi fenomena-fenomena yang membuat saya menyesal telah terlalu berharap tidak akan pernah berpikir untuk memaklumi lagi karena telah nyata bukti bahwa istiqomah itu bukanlah sebuah kepalsuan.


namun, ada satu hal yang saya lupakan. selama ini saya terlalu sibuk mencari obat dan penyembuh rasa kecewa dari fenomena yang tak kunjung usai tersebut. saya lupa akan satu hal yang mana atas kekhilafan saya itu, sekali lagi saya harus merasa kecewa lagi dan ini sangat tidak menyenangkan.

saya lupa bahwa manusia bukanlah tempat untuk diharapkan
saya lupa bahwa manusia adalah ladang khilaf dan dosa
saya lupa bahwa manusia adalah tambang kesalahan

dan saya lupa bahwa hanya ada satu di seluruh alam semesta ini yang tidak akan mengecewakan apabila kita bersandar padanya Ialah ALLAH SWT.


selama ini saya lupa akan begitu banyak hal yang telah terjadi dan sebenarnya saya sudah bisa mengambil garis besar dari semua hal itu. tapi sekali lagi saya terlalu terlena oleh semangat yang terlalu tinggi dan melupakan pelajaran-pelajaran yang telah saya dapat dahulu ketika saya harus diuji dengan berbagai macam masalah kepercayaan.

kini, baik saya, anda dan smeua hal di dunia ini sudah semestinya menyadari bahwa kepercayaan itu adalah modal dari sebuah persahabatan. tapi percayalah bahwa kekecewaan kerap kali muncul meski pun hal itu jatuh kepada orang ang paling kita percayai (tidak termasuk Rasul dan para sahabat serta para alim ulama).

intinya adalah, kita, baik para aktivis kampus, da'i dan da'iah maupun civitas akademika sudah semestinya dapat membaca bahwa kehidupan berjalan dalam dua simfoni salah dan benar, pahala dan dosa. maka ketika kecewa itu datang, apakah kita akan menggerutu lagi??

maka apakah tatkala rasa kecewa itu hadir....akan kita menangisi??
tidak teman......rasa kecewa akan terobati..pasti, ketika kita sadar bahwa hanya Pemilik Hati inilah yang tidak akan mengecewakan apa-apa yang sudah ditetapkan sebagai takdir bagi hambaNya.

kecewa itu pasti terobati......karena bagaimana pun juga selalu ada masa bagi manusia untuk berubah.

satu hal yang pasti....sesuatu khilaf sangat mungkin untuk mendapat pengampunan, tapi sangat tidak pantas untuk dimaklumi untuk dilakukan secara berkali-kali sementara ada banyak sekali saudara yang mengingatkan dan berjuang untuk tidak melakukan kekhilafan tersebut, apalagi dibenarkan.

1 comment :

Rafdi N. El-Hasan said...

Benar sekali tuuu... aq boleh kenalan ngga ya...? 'n aq list di blog utk link sobat aq bleh ngga?