Well... akhirnya tiba waktu saya untuk mempublish tulisan ini. Hehe. Sebelumnya tulisan ini hanya muncul sekali dan satu satunya di kurniawangunadi.tumblr.com dalam rangka project Jika nya dia. Saya hanya posting di sana, jadi jika menemukan tulisan ini beredar di mana mana, bisa dipastikan itu bukan seizin saya. Kenapa baru sekarang? Karena kalau saya posting kemarin, dikira galau, atau kasih kode, atau apapun yang sejenis itu. Padahal tulisan ini murni khayalan. Kalau sekarang, insyaAllah gak bakal dikira galau atau ngasih kode lagi. wkwk. Dalam postingan kali ini, akan ada beberapa hal yang saya edit. Check this out yaa...
Jika Istrimu Seorang Pecinta Alam
Dear my future husband,
Respon apa yang pertama kau beri
saat kamu membaca cv, dan melihat “naik gunung”, sebagai aktivitas favorit
calon istrimu ini? Mungkin kamu akan terkejut, mungkin ‘ilfill’, atau tidak
terlalu peduli. Entah apa pun responmu itu, toh pada akhirnya kamu menerimaku
sebagai partner hidupmu.
Sayang,
Jika kamu bertanya padaku tentang
destinasi holiday kita setelah menikah, mungkin aku akan meminta Rinjani, bukan
Bali. Aku lebih memilih tenda kapasitas dua yang kokoh dibandingkan hotel
berbintang yang megah. Setelah menikmati puncak bersama, barulah kita berkelana
di Senggani, tiga Gili, Pantai Kuta, dan desa adat di Lombok. Jika kamu ingin
ke Eropa, aku pasti akan meminta Mont Blank sebagai salah satu destinasi kita.
Ah..lupakan soal Eropa dan benua lain, karena aku masih jatuh cinta dengan
pegunungan di negeri ini. Kamu tahu Semeru sayang? Pastilah, nama gunung ini
melejat pesat semenjak sebuah film mengangkatnya dengan begitu sukses. Jika
kamu belum pernah ke sana, kamu harus. Di bulan Juni yang cerah, padang oro-oro
ombo menyapa di balik tanjakan cinta, dengan hamparan lavender Verbena brasiliensis ungu yang
menggoda mata. Tidak kalah romantis dibandingkan Monet’s Garden, Prancis. Tidak
sampai Mahameru juga tidak apa, karena menjelajahi Semeru bersamamu lebih kuinginkan
dibandingkan menegakkan merah putih di puncak tertinggi Pulau Jawa.
Tapi ini bukan tentang
perjalananku, ini adalah tentang perjalanan kita. Jika kamu tidak ingin mendaki
gunung bersamaku tidak mengapa, kita masih bisa meyusuri pantai dan menyapa
senja bersama. Kalau kamu terlalu sibuk dengan pekerjaanmu, sehingga kita tidak
sempat bercengkarama dengan alam, itu juga tidak mengapa. Aku akan membawakan
pagi untukmu dalam secangkir kopi. Jika kamu tidak suka kopi tidak mengapa,
akan kulukiskan purnama dalam segelas susu. Jika kamu tidak menyukai susu, itu
juga tidak mengapa, aku akan membawa kehangatan mentari dalam setiap masakan
yang kau sukai.
Tapi my dear, aku akan tetap menyukai bintang yang bertabur bintang tanpa
sekat. Aku akan tetap menyukai pelangi di padang savana setelah hujan yang
mengguyur semalaman. Aku akan tetap menyukai mata air, pegunungan, embun,
edelweiss, daisy. Meskipun ketika sudah bersamamu, aku tidak akan sempat
bermain bersama mereka. Tidak mengapa. Tapi, anak-anak kita nanti harus
dibesarkan oleh alam dear, bukan oleh
kota besar. Anak laki-laki kita harus bisa memanjat pohon, dan bermain di sawah.
Anak perempuan kita harus pandai berenang.
Percayalah, alam akan membentuk
mereka menjadi pribadi yang mandiri dan berjiwa besar. Saat mereka bisa berbuat
baik pada burung perkutut yang terluka, maka mereka akan dengan sangat mudah
mencintai sesama. Saat mereka tanpa rasa takut, berani menyapa kuda, bahkan
menungganginya, maka mereka juga tak akan pernah takut untuk jatuh. Kau tahu
kenapa Sayang? Karena Allah berfirman bahwa Dia menciptakan manusia untuk
menjadi khalifah di muka bumi, amanah yang bahkan semesta ini tak sanggup
memikulnya. Maka biarkan anak-anak kita menjalankan amanah itu. Begitu pun
kita.
My Dear, aku tidak memiliki keanggunan seorang Ratu, kecantikan
seorang putri, atau kedudukan setinggi anak dari orang terpandang. Aku hanyalah
aku, seseorang yang mencintai alam. Aku tidak bisa bermain biola, tapi aku bisa
menyelam berenang. Aku tidak pandai berdansa, tapi kupikir kita tak butuh itu kan? Aku
suka memasak, tapi aku tak bisa memasak makanan Eropa untukmu. Aku benar-benar
seorang gadis biasa. Kesederhanaan adalah bagian dari hidupku. Bahkan meski aku
lahir dan dibesarkan di ibukota, aku tetap mencintai pedesaan. Kau tahu kenapa?
Karena kesederhanaan itu mengajarkan banyak hal. Dan hal itulah yang kusukai
dari suamiku. Kamu yang tetap sederhana, meskipun mungkin kamu adalah orang
yang bisa membeli dunia. Kesederhanaan pula yang akan tetap membuatku berada di
sampingmu, bahkan di masa-masa terpurukmu sekalipun.
Nah sayang, bagaimana jika kamu
juga sama sepertiku? Sama-sama menyukai alam? Kamu pasti bisa menerkanya, bahwa
perjalanan menua bersama kita, akan dipenuhi oleh serangkaian petualangan yang
tak terlupakan.
Miezfy
Menara Bidakara 2
1 Februari 2014
0 comment :
Post a Comment