Belajar dari mereka..alangkah indahnya

31 Mei 2008


Nama anak itu Irfan. Seorang anak berusia 12 tahun, si penjual risol dan donat, sebuah usaha yang menganut prinsip PPSSS(Pasar Persaingan Sangat Sempurna Sekali). Simpati muncul di hati teman-teman ketika mengetahui bahwa si kecil Irfan belum bisa mengabil nilai rapor karena belum lunas bayaran sekolah. Yah…jadi ingat masa lalu. Mungkin bagi kami uang 100.00 bukanlah seberapa, tapi bagi si penjual risol kecil itu, uang sebesar itu adalah sangat istimewa, memerlukan kerja yang amat keras untuk mendapatkannya. Ada sebuah perbedaan besar. Kalau mau jujur, masalah yang dihadapi Irfan merupakan masalah yang benar-benar klasik, terutama buat diriku yang telah mengalami berbagai masalah administrasi keuangan dalam pendidikan. Namun, Irfan yang kukenal sangat berbeda dengan aku yang dulu. Lihat saja, kendati pun masalah ini bukan masalah kecil, tapi aku tak melihat adanya raut muka putus asa, menyesal, ataupun keluh kesah. Sebaliknya, aku melihat begitu besar semangat mujahid kecil itu dalam menyelesaikan masalahnya. Ah…bahkan dia tak pernah berpikir bahwa ini adalah masalah besar.

“Tenang saja Mba, Irfan bisa kok ngumpulin duit”, ucapnya dengan senyum yang tak pernah pudar. Dan senyum itu bukan pura-pura. Karena anak kecil tak akan pernah bisa menyembunyikan perasaanya, aku langsung tahu anak itu adalah anak yang selalu penuh dengan energy positif dalam kehidupannya. Hmm….kalau ingat masa lalu, aku bahkan tak menemukan keceriaan itu ketika dihadaapi masalah yang serupa, padahal yang anak guru agama itu aku dan yang penjual donat itu adalah dia. Jelas dari segi pendidikan, seharusnya aku bisa lebih dewasa ketika itu.

Masih banyak Irfan-Irfan lain dengan nasib serupa yang tak pernah berpikir bahwa hidup ini menyulitkan. Penjual donat dalam rupa anak-anak itu member sebuah pelajaran idup tersendiri bagi kita. Begitu banyak teman yang berjualan secara homogen, tapi hamper tak pernah kutemukan pertikaian yang mengkhawatirkan. Mereka bermain dan belajar langsung dari kehidupan yang mereka alami. Mungkin mereka tak sejenius anak-anak yang mengalami pendidikan bagus di sekolah terkenal dan mahal, kasus Lintang bukannya tak bisa terjadi, tapi aku tak berharap itu ada di antara penjual-penjual donat kecil itu. Namun, ada nilai-nilai lebih yang kulihat di kehidupan mereka yang tak akan kutemukan di dalam kepribadian anak-anak yang hidup dalam limpahan fasilitas yang memadai. Aku menemukan sebuah kerja keras, aku menemukan sebuah keikhlasan, aku menemukan sebuah kebersamaan, aku menemukan sebuah kegigihan. Hal-hal yang akan menjadi sebuah kebanggaan yang menakjubkan jika dipoles sedikit dengan pendidikan formal yang bermutu. Walaupun aku tak berharap ada Lintang lain di antara mereka, tapi paling tidak aku akan selalu berdoa bahwa satu atau lebih dari mereka bisa menggoalkan potensi terbaik mereka. Saat potensi itu muncul dan terasah seiring dengan kesholehan yang tak pernah pudar bahkan terus bertambah, aku yakin, ada jalan kesuksesan yang amat besar di depan mereka.

Untuk adik-adik kecilku…….terima kasih karena telah memberikan pelajaran hidup bagi kami yang lupa akan peranan manusia dalam kehidupan. Yah…aku mungkin tak bisa setiap saat member risol dan donat itu, tapi paling tidak, aku akan lebih menyukai kalian.

Salam cinta dariku…..

0 comment :