Sahabatku...
Bukti apa yang harus kuberikan untuk membuatmu percaya bahwa aku benar2 mencintaimu karena 4wi?
Aku tidak mengerti caranya menggunakan persahabatan kita.
Yang ku tahu, melihatmu bahagia adalah kebahagiaanku yang tak tergantikan. Melihatmu sedih dan kecewa, menyisakan keperihan dalam hatiku. Aku sungguh tak kuasa jika harus menyakitimu dgn kata2 dan perbuatanku.
Tapi sungguh, hatiku jauh lebih sakit, air mataku mengalir tanpa henti, kecemasanku tak pernah hilang tatkala mengetahui bahwa kau semakin jauh. Melihatmu berubah drastis. Prasangka tumbuh di hatimu dan aku tidak bisa mencegahnya, kau pun memutuskan tali ukhuwah yang dulu terjalin indah tanpa memberiku kesempatan untuk memperbaikinya. Sungguh, manusia adalah ladang khilaf dan dosa. Aku pun pernah menjadi seseorang yg sangat hina hingga ingin lenyap segera dari dunia. Tapi, kita tak bisa selamanya terpuruk dalam khilaf.
Sahabatku...
Tak bisakah kau percaya padaku? Bahwa sampai kapan pun, kau adalah kau yang kukenal. Meskipun dunia telah merubahmu besar-besaran. Tapi mengapa kau tak pernah menyambut lagi tanganku? Tangan yang ingin sekali membawamu untuk memperbaiki semua yang telah retak.
Kenapa sama sekali kau tak percaya, bahwa di balik mata yang kau pikir memendam prasangka,benci,dan kecewa sesungguhnya hanya tersisa rindu dan rasa sayang yang besar padamu. Aku sedih sekali, karena kau lebih percaya pada prasangka yang muncul dari masa lalu daripada aku, yang membawa kenyataan menyenangkan untuk masa depan. Kumohon, kembalilah tersenyum kepada kami, seperti dulu. Saat kita berjalan tertatih mencari jati diri, dan menemukannya dalam rajutan persaudaraan di rumah 4wi.
Sahabatku.... Apa kau tidak tahu? Bahwa aku akan selalu menunggumu untuk percaya lagi padamu. Karena sungguh, aku tidak pernah mengkhianatimu. Ingatkah? Saat semua menjauhimu, hanya aku yang bertahan untuk berada di sampingmu, karena kau begitu percaya padaku dan tak ada dalam kamusku untuk menyia2kan kepercayaan sahabatku. Walaupun aku tahu, kau menyembunyikan segalanya padaku dan memilih orang lain untuk memberikan kepercayaan it. Tapi aku tak apa, aku tetap di sini. Aku masih sama seperti yang dulu. Yang hanya menunggu dan menunggu. Menunggumu mengatakan semua hal itu meski pada akhirnya aku tahu dari orang lain. Tapi aku tetap menunggu seakan2 tidak tahu apa-apa. Karena aku percaya kau masih sahabatku.
Tapi penantianku ternyata tak berujung. Hingga hari ini, tak ada satu pun pengakuan darimu yang masih membuktikan bahwa kau masih sahabatku.
Kita terpisah oleh cita2. Tapi aku masih aku yang dulu. Masih aku yang menunggumu untuk percaya lagi padaku. Kepercayaan yang hilang karena prasangka.
Tapi. Apakah aku hanya bisa menunggu? Sementara aku melihatmu jatuh semakin dalam ke lubang prasangka.
Sudah kubilang, aku tak mengerti cara menggunakan persahabatan ini.