How I Met my Husband



Agar aku memiliki pernikahan yang sakinah, ternyata bukan hanya mimpiku. Pernikahan dan rumah tanggaku adalah mimpi dan doa yang senantiasa dipanjatkan Mama di dalam doanya sehabis sholat, hingga dibawa doa itu sampai ke masjidil haram. Kisah pernikahan Mama dan Papa yang menyisakan luka seakan menjadi motivasi untuk doa itu agar tidak pernah terputus.

Mama dan Papa bukanlah orangtua yang mengajarkan dengan komprehensif tentang menjaga sesuatu hal yang sensitif bernama perasaan. Pelajaran mengenai hati, aku belajar sendiri. Tanpa arahan. Harus berkali kali jatuh dan merasakan sakit untuk tahu bahwa yg aku lakukan salah. Tapi Allah selalu punya rencana untuk setiap rasa sakit yg aku rasakan.

Seperti saat aku patah hati dulu, aku belajar semua hal tentang kecewa, sakit hati, hancur, terpuruk, kehilangan harapan yang bercampur aduk dalam satu penyesalan yang mendalam. Aku tidak pernah merasakan luka sebesar itu dalam hidupku, pun jika dibandikan saat Mama pergi dari rumah dulu. Masa-masa itu adalah masa masa terpenting dalam hidupku tentang menata hati. Aku pernah berada di titik, menuntut Allah agar rasa sakit itu tidak kurasakan sendiri. Tapi aku salah. Allah punya rencana luar biasa yang menghapus rasa sakit itu hingga tak bersisa.




Rencana itu adalah tentang pertemuanku dengan komunitas luar biasa bernama AADT. Komunitas besutan teman baikku yang juga merupakan mantan wapresma UI. Teman-teman yang mengajarkanku arti berjuang bersama pendakian yang menyenangkan. Aku bertemu dengan teman-teman lamaku; sahabatku saat kuliah, teman sekelas saat SMP, juga sahabat baikku saat SMA. Aku juga bertemu dengan teman-teman baru yang hingga kini menjadi sahabat yang saling merindu. Bersama mereka aku kembali mencicipi manisnya persahabatan. Bersama mereka, aku belajar untuk merayakan luka. The past is not to be forgotten, just to be forgiven.



Rencana itu juga tentang pertemuanku dengan seorang teman di AADT, yang membawaku pada pekerjaanku saat ini. Pekerjaan yang paling lama bertahan sepanjang sejarah karirku setelah melalui 4 kali ganti pekerjaan dalam waktu setahun.






Rencana itu juga tentang keberanianku mengadakan perjalanan bersama teman-teman baikku setelah mencicipi serunya pendakian bersama AADT. Yang karena perjalanan itu, bukan hanya aku, tapi mereka pun bertemu dengan takdirnya masing-masing.



 

Yang terindah, rencana itu adalah tentang pertemuanku dengannya…..


Aku berkenalan dengannya pada 13 desember 2013. Itu adalah hari pertamaku bekerja di kantor baru. Dan pada sore harinya, aku dan teman-temanku akan melakukan perjalanan ke Gunung Prau. Dia menggantikan salah satu teman yang tidak jadi berangkat  dengan tiba-tiba. Terasa mengejutkan karena ternyata dia bekerja di gedung yang sama denganku. Kami pun berkenalan.

Tapi… apakah itu benar-benar pertemuan pertama kami?

Ternyata tidak. Bahwa jauh sebelum kami saling mengenal, kami pernah duduk bersama di sebuah forum bernama Student Leadership Development Program saat SMA dulu. Dia pernah datang ke sekolahku untuk mengikuti rapat kerja bersama teman-teman IKRAR. Kami berada di ruangan yang sama saat masa perkenalan mahasiswa baru. Kami pernah berada di tempat yang sama saat aku mengunjungi wisuda sahabarku yang juga ternyata adalah sahabatnya. Dia pernah datang ke hari di mana aku diwisuda untuk mengucapkan selamat pada sahabatnya yang di wisuda yang juga merupakan sahabatku. Aku mengenal semua teman dekatnya. Aku bahkan mengenal semua teman yang dia sebut sebagai teman-teman kosannya.

Aku merasa seperti… Allah menyembunyikan ia dari penglihatanku selama bertahun tahun. Allah membiarkan aku menata hatiku. Allah menuntunku untuk belajar dengan baik tentang menjaga perasaan. Allah tidak mengizinkan kami bertemu meski kami puluhan kali berada di tempat yang sama. Meskipun ternyata kami berada di lingkungan pertemanan yang sama sejak sekolah menengah. Meskpun kami berada di kota bahkan kecamatan yang sama. Bahkan kami pernah berada di grup whatsapp yang sama.

Saat bertemu pertama kalinya, kami tidak langsung saling jatuh cinta dan menikah seperti kisah di layar kaca. Tidak. Aku diizinkan oleh Allah untuk kembali belajar tentang keikhlasan. Allah membuatku berkelana dalam pencarian dan penantian,yang berliku. Dia pun harus berjalan ke arah yang berbeda hingga akhirnya berputar haluan. Hingga akhirnya aku berada pada titik ikhlas atas rencana yang Allah siapkan untukku. 

Aku sebelumnya meragu pada proses taaruf, meragu tentang berkenalan dengan orang yang sama sekali tak kukenal, meragu pada berbagai kriteria yang kutuliskan yang sepertinya sulit untuk dipenuhi, aku bahkan meragu pada diri sendiri. Tapi kemudian aku tiba di satu titik di mana aku bertemu dengan keikhlasan dan menghapus semua keraguan itu. Aku berkata pada diriku bahwa aku siap dengan sebuah rimba bernama taaruf. Aku mengatakan pada murabiyah bahwa aku siap dikenalkan dengan pilihannya, meski pun aku tak kenal, meskipun jauh dari kriteria yang kuinginkan.

Dan di saat ikhlas itu datang, dia pun datang padaku seperti kejutan. Pernikahan kami adalah kejutan bagi banyak orang. Bagi teman-teman kantor (karena perusahaan kami adalah mitra),  murobiyahku (karena suaminya adalah teman baik di komunitas si dia), teman-teman seperjalanan, teman-teman kuliah, bahkan teman-teman SMP dan SMA yang ternyata masih satu lingkaran pertemanan dengan kami. Kami menikah….atas rencana Allah, dengan konspirasi semesta, melalui perantara banyak tangan. Yang istimewa adalah, perjalananku tidak hanya mempertemukanku dengannya, tapi juga mempertemukan teman-temanku yang lain dengan jodohnya. Dua sahabat yang kuajak bersama dalam perjalanan ke Gunung Prau, saat ini menikah dengan orang yang melakukan perjalanan yang sama. Rencana Allah begitu sempurna bukan?



Aku masih ingat tentang pertanyaan yang Mama titipkan saat ia dulu ingin melamarku. 
"Mama sih setuju, tapi tolong ditanyain, apa dia gapapa dengan kondisi keluarga kita? Kalau dia gak masalah, mama setuju aja". 

Sesederhana itu persyaratan Mama. Tidak bertanya tentang pekerjaannya apa, orangnya bagaimana, latar belakangnya seperti apa. Mama hanya peduli tentang "apakah dia tidak masalah dengan kondisi keluarga kita?". 

Ada haru yang menyelinap jika mengingat masa masa mempersiapkan pernikahan dulu.




Dear Abi,

Aku tidak pernah tahu, seperti apa pernikahan yang sakinah itu, karena aku tidak besar di keluarga sebahagia itu. Tapi, kemudian kamu datang, bersama doa Mama, tentang pernikahan yang sakinah. Dan aku merasakannya bahkan hingga hari ini, sakinah bersamamu.


Terima kasih, karena pernah memperkenalkan diri pada Desember 2013 lalu, aku yang saat itu tidak pernah tahu bahwa pria tidak kukenal (yang honestly cukup ganteng :P) itu, saat ini menjadi laki laki yang pada ridhonya ada ridho Allah yang kelak membawaku ke syurga.

 


.

Kilas Balik Kelahiran Bita: (Pengalaman Induksi dan Operasi Sesar)







Angkat tangan buat mak mak yang memiliki kekhawatiran tentang dua tindakan medis persalinan pada judul. Welcome to this article

Bita anak saya, lahir dengan kondisi medis yang mengharuskan mengambil dua tindakan di atas. Di usia kehamilan 38 minggu, air ketuban Bita sudah nyaris habis sehingga dokter  menyegerakan mengambil tindakan. Buat mak emak yang bernasib serupa, kalau dikasih tau dokter tentang kondisi air ketuban, please do the 2nd option yah. Ini saya udah berdasarkan 2nd option jadi langsung mempercayakan tindakan kepada dokter, karena pas ditanya berapa indeksnya, ternyata hanya 3!! Tapi adik saya, periksa di RS Restu Kasih Cililitan selama berminggu minggu dibilang air ketubannya sedikit, dan operasi sesar adalah jalan yang ditawarkan. Tapi setelah mencari 2nd option di RS Haji, ternyata eh ternyata baik baik saja loh. Alhamdulillah doi bisa lahiran normal spontan tanpa tindakan medis tambahan.

Well..lanjut ya. Awalnya saya dikasih tau sama Dokter Ita (salah satu dokter terkenal di RS Haji, Pondok Gede) kalau air ketuban saya ini udah sedikit banget. Langsung sama dokter Ita saya disuruh bikin janji di rumah sakit untuk melakukan operasi sesar. Well, kira kira gimana perasaan saya waktu itu? Syedih mak. Shock!. Sampe suami saya berkali kali nenangin. Dia bilang untuk ambil 2nd option aja. Saya ini loh ya, udah ikut seminar persalinan, udah makan kurma banyak banget tiap hari (tapi sering kelewat juga sih. Hehe), olahraga, macem macem deh demi bisa lahiran normal. Dibilang kayak gitu langsung lah shock. Langsung sharing ke beberapa orang, sibuk sama Hp, curhat sana sini. hiks. Lalu akhirnya saya pun pindah dokter, tapi karena saat itu libur dan dokternya baru ada 4 hari kemudian, saya diminta oleh Dr Rina (dokter di RS Harapan Bunda) untuk melakukan CTG di ruang bersalin.

CTG itu diapain? Itu maksudnya cardiotocography ya Mom. Jadi untuk memeriksa kondisi janin berdasarkan detak jantungnya. Hasilnya? Alhamdulillah Bita masih baik baik saja. Maknya ga jadi worry, sama Dokter Rina boleh pulang dan kembali lagi saat bu Dokter sudah praktik.
Lalu pas ketemu di jadwal praktik. Eng ing eng… ternyata memang kondisi ketubannya Bita itu gak baik baik saja. Dokter langsung bikin jadwal untuk induksi dan cari kamar. Syediih maak. Tapi gak sesedih waktu langsung divonis untuk SC sih, karena induksi itu berarti masih ada harapan untuk bisa vaginal birth.

Saya induksi pake infus ya, dan katanya sakiit. Tapi gak usah bayangin sakitnya ya. Yang namanya lahiran itu pasti sakit, karena udah kodratnya bakalan sakit apapun caranya. Tapi kata Mama saya emang pas lihat saya diinduksi udah kayak orang mau lahiran aja, dan ternyata.. BELUM ADA PEMBUKAAN!! Ampuun maak.. diinduksi dua hari dan belum ada pembukaan tuh rasanya ampuuun. Oh iya sekedar tips nih, birthing ball itu membantu banget pas kontraksi datang. Njot njot-an di atasnya lumayan ngurangin rasa sakitnya. Saya ini dulu pinjem ke temen, tapi kayaknya pas lahiran anak kedua bakalan masukin wish list deh.  hehe
Lanjut ya.. Setelah habis entah berapa kantong, saya juga lupa, Saya tanya sama bidannya, saya sampe kapan harus diinduksi begini? kata mereka “selama ibu kuat dan masih semangat lahiran normal dan janinnya juga kondisinya masih bagus,bu” Wait.!. saya cermati kata2 itu secara mendalam. Itu berarti tindakan medis berikutnya akan diambil kalau kondisi janin saya udah masuk darurat dong? Saya diskusi dengan adik saya yang perawat, dan juga dengan mama saya, dengan suami juga. Ini yang saya inget dari kata-kata adek saya. “kalo lanjutin induksi, yang sakit itu dua orang, elu sama dekbay, tapi kalo SC yang sakit elu doang, tinggal pilih”. Mama saya pun yang tadinya anti banget sama lahiran SC, ngeliat saya menderita begitu langsung bilang “udah mba, dioperasi aja ya”. Saya pun luluh, dan akhirnya kami sepakat untuk menghentikan induksi. Jika memang bayi saya harus segera lahir, maka lahirkan ia dengan kondisi terbaiknya. Akhirnya kami sepakat untuk mengambil tindakan SC. Syedih mak..banget. Merasa gagal jadi ibu? Nggak! Saya dulu terobsesi dengan lahiran normal, I want to do anything to have my precious vaginal birth. Tapi semua itu gugur saat melihat bahwa anak saya sedang dalam kondisi yang tidak baik baik saja. 

Singkat cerita, Bita lahir. BBLR (berat Badan Lahir Rendah) karena ternyata ketuban yang sedikit itu mempengaruhi berat janin, tapi SEHAT. Dia tidak kuning, tidak harus masuk inkubator, meski tidak IMD (Inisiasi Menyusui Dini) karena BBLR, tapi dia selamat, dan sehat tanpa indikasi medis. Yang bikin serem adalah saat operasi berlangsung, bu dokter bilang “duh.. ini rahimnya udah berbentuk bayi, udah lengket dan kering”. Saya saat itu langsung menangis, gak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau saya ngotot masih mau melanjutkan induksi sementara ternyata kondisi rahim saya sudah kering. Saat itu saya bener bener sadar bahwa resiko melahirkan memang tidak main main.

Lalu saya teringat tentang dokter Ita yang pertama kali memvonis saya harus SC. Saya merasa bersalah karena langsung mencap beliau tidak pro normal. Padahal eh padahal kalo inget inget materi Kelas Asi dulu, gak ada dokter yang pro normal ataupun pro SC (meskipun sempet kesel sih sama salah satu panitia yang nyinyirin tentang dokter pro normal). Intinya adalah, perbedaan antara satu dokter dengan dokter lainnya adalah kompetensinya dalam menangani resiko. Dokter Ita misalnya, beliau terkenal sangat ngotot untuk bilang “Ibu bisa lahiran normal ngapain minta SC” kepada Ibu2 dengan riwayat kelahiran SC yang minta untuk lahir SC lagi. Tapi beliau juga akan to the point untuk melakukan tindakan SC pada kondisi medis dengan resiko tinggi, salah satunya ya kayak saya. Kalo Dr Rina, ini beda lagi, beliau masih berani menawarkan untuk mencoba menjalani proses persalinan normal meskipun resikonya tinggi. Kalo untuk Ibu ibu dengan kelahiran pertama, mungkin akan senang dengan tipe dokter kayak Dr Rina. Tapi kalo kayak saya, yang udah ngerasain proses kelahiran kayak begini, saya akan lebih suka dengan tipe yang seperti Dr Ita. 

Lalu apakah saya masih semangat untuk menjalani VBAC saat kelahiran kedua nanti? Ya.. sangat!! Ini saja saya mulai sering baca baca tentang pengalaman VBAC. Tapi saya punya kabar baik untuk ibu ibu yang telah menjalani operasi SC seperti saya. Kabar baiknya adalah, di kelahiran kedua nanti, kita hanya punya dua pilihan, normal spontan atau SC lagi. Jadi bye bye untuk induksi dan tindakan penyulit  sejenisnya. :D
Untuk postingan selanjutnya, saya akan bercerita tentang masa-masa pemulihan, dan tentang breastfeeding pasca operasi SC.


Sekelumit tentang Persalinan Maryam






Well.... sekilas tentang 38 minggu masa kehamilan, yang paling saya inget adalah saya rajin banget browsing-browsing soal kehamilan dan persalinan itu sendiri. Ikut grup Persalinan Maryam sampe ikutan jadi Panitia seminarnya saking pengennya ngerasain kisah persalinan seindah Siti Maryam. Tapi setelah ngerasain kelahiran Bita, saya pun memahami, tidak ada kisah kelahiran yang seindah kelahiran Siti Maryam, kelahiran tanpa intervensi, langsung dibimbing oleh Allah dan Malaikat.

Kalau Gentle Birth itu identik dengan hypnobirthing, Persalinan Maryam justru sebaliknya, rasa sakit merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kelahiran itu sendiri. Apapun caranya. Persalinan Maryam mengajarkan untuk tawakal dan tidak perlu mengkhawatirkan tentang rasa sakit, karena rasa sakit itulah kelahiran menjadi jihad bagi setiap Ibu, yang matinya senilai syahid. Saya kenal beberapa orang yang justru menikmati rasa sakit karena persalinan. Ah..saya harap saya bisa merasakannya kelak saat melahirkan adiknya Tsabita. Oh iya, sekilas tentang Persalinan Maryam ini bukan persalinan tanpa bantuan tenaga medis yaa. Persalinan Maryam lebih mengambil konsep konsep essensial yang berasal dari kisah kelahiran Isa a.s yang diabadikan dalam Surah Maryam ayat 22-26, yang kemudian diterapkan dalam bentuk teknis di persiapan kelahiran sesuai dengan rambu rambu kesehatan yang berlaku di Negara ini. 

Lewat Persalinan Maryam, saya juga belajar tentang keajaiban makanan sunnah dalam proses kelahiran, yang terkenal tentunya adalah buah ciamik bernama kurma. Kurma ini buah ajaib,meski tidak memiliki kandungan zat besi, tapi banyak penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi kurma ini related dengan menaikkan kadar HB, dan saya merasakannya sendiri. Persalinan Maryam yang diprakarsai oleh Ibu Bidan Mugi Rahayu, juga mengungkap keajaiban gerakan sholat. Ini pun saya juga merasakan sendiri. Keluhan pinggang kaku hilang dengan proses rukuk, keluhan migrain yang biasanya menyerang berkurang dengan gerakan sujud. Bahkan duduk tawaruk (Tahiyat akhir) bisa memberikan manfaat seperti pijat perenium jika dilakukan sering dan sesuai petunjuk.

Sayangnya konsep Persalinan Maryam ini belum meluas sebagaimana konsep Gentle Birth. Saya harap, Bu Mugi dan tim bisa melebarkan sayap hingga setiap Ibu hamil bisa merasakan sendiri manfaat dari konsep ini.

Menyiapkan Pernikahan




“Kalau semisal kita jadinya nanti nikah di KUA aja gimana?” tanyanya waktu itu. Sebagai seorang wanita yang pernah punya wedding dream dengan list segudang jelas saja kaget waktu itu. Di KUA? Serius nih? Ga ngundang siapa-siapa? Gw? anak perempuan pertama ini loh!.. dan sebagainya dan seterusnya. Tapi semua pertanyaan itu tetap saja kandas kalo inget bahwa tujuan saya nikah itu bukan buat pesta, tapi….karena pengen nikah aja sama doi. Wkwk. Saya jawab waktu itu siap siap aja. Cuma pengajian aja pun siap.. yang penting nikah sama kamu mas…#uhuk. Meskipun ujung-ujungnya Alhamdulillah si mas dapet rezeki dan kita ga jadi nikah di KUA aja, tapi pertanyaan beliau waktu itu memberi pandangan baru dalam hidup saya, bahwa iya nikah itu ga perlu mahal, ga perlu muluk muluk, cuma butuh niat dan siap. Siap dalam artian suami saya waktu itu meski modal nikah belum siap 100% tetapi beliau sudah siap untuk kasih nafkah keluarganya. Jangan sampai kebalikannya ya, dana buat pesta ada tapi malah terlilit hutang sana sini malahan buat sehari-hari ga ada.

Nah,,karena kami ga jadi nikah di KUA..jadi Alhamdulillah postingan ini bisa dibuat meski telat buanget yaah. Wkwk. List to do, apa yang musti para bride to be siapkan once seseorang pria tampan datang dan bilang “nikah yuk”. Wkwk

1.      Siapkan keluarga




Ini maksudnya, bilang mama papah ya ladies. Apabila ada permasalahan di suku, bangsa, Negara, adat, tradisi ini kudu banget di clear in di awal, jangan sampe ujung-ujungnya kawin lari yah. Wkwk. Mama, papa, kakak, adek kudu kenal dulu siapa yang mau ngambil anak gadisnya. Kalau punya kakak yang belum nikah, jangan lupa minta izin, jangan sampe ada gondok tertinggal di hati.

2.      Siapkan dana

Dana ini menentukan banget rencana yang bakal dibuat. Jangan sampe dana pas pasan tapi pengen bikin acara nikahan semewah Chelsea Olivia dan Glenn Alinski. Kalo emang adanya cuma bikin acara pengajian sederhana, atau hanya sekedar akad nikah di KUA its oke banget loh. Saya pernah ada di opsi itu dan tetep bisa nyusun rencana biar tetep pernikahan nanti  terasa indah. Memori itu ga perlu mahal. Buat apa mahal mahal tapi kalo ujung2nya terlilit hutang. Tapi kalo memang punya dana, memang sebaiknya dipertimbangkan untuk menyelenggarakan walimatul ursy yang cukup bisa menampung tamu undangan keluarga dan teman-teman, karena menurut saya, acara walimatul ursy adalah acara paling pas untuk mengumpulkan keluarga dan kerabat yang mungkin jarang dipertemukan.

3.      Susun rencana


Alhamdulillah bonus kantor turun, Alhamdulillah orang tua nyumbang, Alhamdulillah om tante nyumbang, percaya deh orang mau nikah itu selama niatnya lurus, tulus, ikhlas lillahi ta’ala insyaAllah ada aja rezekinya. Kayak suami saya, dari niat Cuma nikah di KUA Alhamdulillah ada rezeki buat bikin acara yang menurut saya udah cukup untuk menampung tamu undangan.

Langsung deh ini list persiapan yang kami buat waktu itu.. semoga bermanfaat :

Perlengkapan administratif


Saya ini agak agak males nyusunya, wkwk. Bisa dicek di blog yang lebih komplit yah… contohnya ini. Tapi yang pasti administrasi ini penting banget, dan berkaitan dengan tempat dan tanggal.


Cari vendor pernikahan


Vendor terpenting menurut saya itu adalah MUA  dan catering. MUA karena untuk orang kayak saya, perlu banget make sure MUA nya ga lebay dan bisa bikin saya tetep pake busana yang syari, ga pake cara kerik alis dan baju ngepress. Vendor catering juga penting karena 5o persen lebih biaya pernikahan dibebankan pada catering ini. Alhamdulillahnya vendor nikahan saya saat itu udah include semuanya ya, MUA, catering dan dekorasi, dengan budget yang saya tekan sedemikian rupa. Wkwk. Ini vendor kenalannya mama saya, jadi mungkin di internet ga ada, segitu pun dia udah wow banget bisnisnya, apalagi vendor vendor yang biasa nanganin artis artis yak. Wkwk.
Untuk vendor foto dan video karena suami saya masuk dalam komunitas Toekang Photo alhamdulillahnya ga kesulitan dapat tukang jepret yang oke.

Menyusun Tema dan Susunan Acara



Tema dan susunan acara saya gak muluk-muluk. Cita cita saya hanya tamu dapat dijamu dengan baik. Bener deh ga perlu muluk muluk banget cara nikahan itu, kecuali model nikahan yang privat ya. Saya pernah datang ke suatu acara nikahan, itu tamunya capek lama ngantri cuma karena ada acara2 yang mangkas waktu banget dan ujung2nya tamu undangan susah salaman. Kalo buat adat di awal gak papa kali ya, karena orang-orang udah pada familiar, tapi jangan taro agenda panjang di tengah-tengah acara, karena biasanya tamu udah pada capek, mau pulang, atau buru-buru. Kasian yang bawa bayi, manula, atau lagi hamil kalo harus kelamaan ngantri salaman. hehe

Menyiapkan Panitia



Saya ga pake WO. Capek gak? Banget! Tapi ya gimana budget terbatas. Wkwk. Dulu saya mikir, itu ga sayang apa buang-buang uang buat bayar WO aja. Tapi pas ngalamin sendiri, saya jadi ngerti kenapa di dunia ini ada bisnis bernama WO. Wkwk. Oke saya emang gak pake WO, tapi alhamdulillahnya saya dibantu sama temen-temen yang super duper baik hati, Duh I love them so bad lah. Kalo gak ada mereka entah apa jadinya acara waktu itu. Punya tim yang bantu di acara nikahan ini penting banget ya, entah itu panitia dari teman-teman, dari keluarga, ataupun WO.

Menyiapkan seserahan



Seserahan ini saya beli di http://raymier-hantaran.blogspot.co.id/2013/12/jasa-hias-seserahan-hantaran-jakarta.html , ini murah banget dan mba nya baiik banget. Waktu pengerjaan cuma 5 hari dan jadinya cakep. Highly recommended lah si mba Yoss

Cincin nikah



Ini saya mau share ya, kalo di ITC Depok ada toko mas yang murah banget lebih muah dari yang di cikini dan prosesnya cepet cuma seminggu apa dua minggu ya lupa juga. Namanya Toko Mas Singgalang. Setelah pencarian panjang, saya dan suami akhirnya beli cincin di sana

Undangan dan Souvenir


Saya sengaja bikin undangan kalender karena sayang aja kalo kasih undangan terus dibuang. Designnya bikin secara khusus dengan konsep sendiri, jadi meski murah tapi berkesan sampe sekarang. Ini kami bikin di omah creative 085714135247

Menyiapkan ilmu



Terakhir, ini buku yang saya dan suami rekomendasikan untuk menyiapkan ilmu. DIbacanya kalo udah mau nikah aja ya. Wkwk