Indahnya Berbagi itu…………

02 Juni 2008


Sekali lagi aku merasa kata-kata Reza Pahlevi mengandung kebenaran, yaitu ketika beliau mengatakan bahwa minggu-minggu ini akan menjadi minggu terbaik kita, anak-anak TPB. Yah…kalo dipikir-pikir, apa pun masalahnya, memang seharusnya seperti itu. Minggu ini benar-benar minggu terakhir kita menjadi anak-anak TPB secara utuh, minggu terakhir di mana kita bisa bercengkarama dengan teman sekelas sebagai anak TPB, minggu terakhir di mana kita menyelesaikan program kerja entah dari mana saja tentu saja dalam lebel anak TPB. Yah..paling tidak minggu depan sudah bukan saatnya seperti karena setelah berbagai macam kesibukan yang mendera, sudah saatnya kita menjalankan amanah utama kita yaitu……BELAJAR!!!!!!!!!!!!!!

Well..bukan itu intinya. Sebuah acara bernama BIG BIS PEDULI telah membuka sebuah paradigm setelah ketika APEL 2008 lalu sempat nyeletuk gak mau lagi kepikiran untuk buka yayasan TK. Awalnya, acara ini benar-benar tidak terkonsep dengan benar, awalnya aku bahkan sempat pesimis acara ini akan sukses. Sabtu, 31 Juni 2008, pertemuan dengan Bayu, Ramdan dan Irfan entah kenapa membuka sebuah ide yang tidak pernah tercetus sebelumnya. Yap…awalnya kami akan berbaksos di Panti Yatim, tapi aku sedikit ragu Karena anak-anak di sana sudah bukan anak-anak lagi. 10 sampai 15 tahun, bahkan sudah ada yang kuliah. Wah….bukan sekedar baksos tujuan kami.

H-2 baksos, acara langsung terubah begitu terpikirkan sosok anak-anak penjual risol itu. Kenapa tidak kita mulai dari kampus sendiri…..???? yah…. Sempat mengundang kebbingungan tentang masalah teknis dan semacamnya, bahkan kami sampai hari itu belum mendapatkan dana yang cukup untuk membeli semua jualan anak-anak itu nantinya. Akan tetapi, Alhamdulillah atas izin ALLAH SWT semuanya berjalan begitu lancar.

Alhamdulillah, ada donator yang bersedia dan acara benar-benar berjalan begitu menyenangkan. Akhhhh….tapi sayang, anak kecil bernama Sofyan yang sering kutemui di Sapta tidak sempat terajak. Sayang sekali.

Percaya atau tidak, yang terjadi pada diriku setelah acara itu usai adalah aku menangis sambil menyanyikan lagu UNTUKU TEMAN, BROTHERS dalam hati. Aku benar-benar menangis bahagia. Aku bahagia ketika melihat anak-anak itu begitu ceria, terseyum begitu lebar dan ikhlas. Bukan hanya karena jualan meraka habis pada hari itu, tapi karena mereka diizinkan untuk berbagi. Selama ini kita selalu mengatakan dua kata itu…indahnya berbagi. Yah….indahnya berbagi memang bukan main, tapi akan lebih bukan main indahnya ketika bukan hanya kita yang dapat berbagi. Aku benar-benar senang ketika kita semua dapat mengajarkan kepada generasi kecil yang sebenarnya harapan bagi bangsa itu indahnhya berbagi. Banyak hal yang didapat dari BiG BIS peduli ini dan hari ini telah menjadi hari terbaik kami. Jangan lupa bersyukur teman-teman…. Kalau dullu aku pernah mengatakan aku sayang pada mereka, maka kali ini aku berani mengatakan, aku sangat sayang pada mereka.

Untuk adik-adik kecil kami, Irfan, Bayu, Sarah, Ramdan, Fahri (lucu buangeeeeeet, 5 tahun bo!!!), Iin, Asdi, Arif, Santi, Sheila, de el el, kami mungkin tidak bisa member banyak. Tapi, sesuai dengan tema OIA kita, education is ours, kami ingin memberikan sesuatu yang lebih dibandingkan sebuah jualan yang habis saat itu juga. Sebuah kebersamaan, sebuah harapan untuk menggapai cita-cita, sebuah kepercayaan, sebuah pendidikan, sebuah kasih sayang, sebuah keberanian, dan perasaan akan INDAHNYA BERBAGI……… we’ll miss u all.

Kejutan kecil di hari minggu

02 Juni 2008

Ibaratkan sebuah hadiah di hari ulang tahun, apa yang terjadi hari ini merupakan surprise yang super menyenangkan.
Angka itu benar-benar nyata. Malam itu, the our big bos memfokuskn matanya sefokus-fokusnya akan tulisan yang benar-benar nyata di depannya. Ingin mempetanyakan tapi aku tahu ia tak memerlukannya, dengan gayanya bermain intonasi nada suara, ia ubah nada yang tadinya datar dan tanpa semangat menjadi lebih tegas, penuh kepercayaan (mengalahkan semua keraguan yang ada), tanpa basa-basi dan dengan senyum penuh syukur yang selama ini belum pernah ditunjukkannya. Aku tahu, kalau saja ada lonceng besar, beliau pasti akan berlari ke arahnya dan membunyikan dengan penuh luapan rasa syukur dan kebanggaan.
Sebelas juta rupiah. Wow….how a great point. Waktu pertama kali mendengarkan dari Supervisor yang hobi banget ngelihat staffnya ini kebingungan, rasa ketidakpercayaan, kebingungan, kebanggaan, haru, semuanya becampur aduk seseu gado-gado. Seumur-umur ikut kepanitiaan, baru pertama kali ini dapat sponsor tunggal. Hebat banget. Salut buat anak-anak PP (Promosi dan Pemasaran). Luv uu all..
Namun, sekarang pertanyaannya adalah, apakah kita akan tenggelam kepada kenikmatan itu atau kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Dan salah satu bukti bahwa kami bersyukur adalah keseriusan dalam menjalankan kepanitiaan ini. Memanfaatkan amanah berupa sebelas juta itu dengan sukses dan tercapai tujuan.
OIA (Oryza In Action) harus benar-benar sukses. Sebuah extra ordinary event yang merupakan puncak dari semua review perjalanan BEM selama ini. Tidak ada yang sia-sia dalam setiap perjuangan.
ORYZA………………..BANGKITLAH
ORYZA……………….MILIK KITA
ORYZA……………….SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAT
BEM TPB 44…………….LEPASKAN PANAH!!!!!!!!!!!!!!!!

Belajar dari mereka..alangkah indahnya

31 Mei 2008


Nama anak itu Irfan. Seorang anak berusia 12 tahun, si penjual risol dan donat, sebuah usaha yang menganut prinsip PPSSS(Pasar Persaingan Sangat Sempurna Sekali). Simpati muncul di hati teman-teman ketika mengetahui bahwa si kecil Irfan belum bisa mengabil nilai rapor karena belum lunas bayaran sekolah. Yah…jadi ingat masa lalu. Mungkin bagi kami uang 100.00 bukanlah seberapa, tapi bagi si penjual risol kecil itu, uang sebesar itu adalah sangat istimewa, memerlukan kerja yang amat keras untuk mendapatkannya. Ada sebuah perbedaan besar. Kalau mau jujur, masalah yang dihadapi Irfan merupakan masalah yang benar-benar klasik, terutama buat diriku yang telah mengalami berbagai masalah administrasi keuangan dalam pendidikan. Namun, Irfan yang kukenal sangat berbeda dengan aku yang dulu. Lihat saja, kendati pun masalah ini bukan masalah kecil, tapi aku tak melihat adanya raut muka putus asa, menyesal, ataupun keluh kesah. Sebaliknya, aku melihat begitu besar semangat mujahid kecil itu dalam menyelesaikan masalahnya. Ah…bahkan dia tak pernah berpikir bahwa ini adalah masalah besar.

“Tenang saja Mba, Irfan bisa kok ngumpulin duit”, ucapnya dengan senyum yang tak pernah pudar. Dan senyum itu bukan pura-pura. Karena anak kecil tak akan pernah bisa menyembunyikan perasaanya, aku langsung tahu anak itu adalah anak yang selalu penuh dengan energy positif dalam kehidupannya. Hmm….kalau ingat masa lalu, aku bahkan tak menemukan keceriaan itu ketika dihadaapi masalah yang serupa, padahal yang anak guru agama itu aku dan yang penjual donat itu adalah dia. Jelas dari segi pendidikan, seharusnya aku bisa lebih dewasa ketika itu.

Masih banyak Irfan-Irfan lain dengan nasib serupa yang tak pernah berpikir bahwa hidup ini menyulitkan. Penjual donat dalam rupa anak-anak itu member sebuah pelajaran idup tersendiri bagi kita. Begitu banyak teman yang berjualan secara homogen, tapi hamper tak pernah kutemukan pertikaian yang mengkhawatirkan. Mereka bermain dan belajar langsung dari kehidupan yang mereka alami. Mungkin mereka tak sejenius anak-anak yang mengalami pendidikan bagus di sekolah terkenal dan mahal, kasus Lintang bukannya tak bisa terjadi, tapi aku tak berharap itu ada di antara penjual-penjual donat kecil itu. Namun, ada nilai-nilai lebih yang kulihat di kehidupan mereka yang tak akan kutemukan di dalam kepribadian anak-anak yang hidup dalam limpahan fasilitas yang memadai. Aku menemukan sebuah kerja keras, aku menemukan sebuah keikhlasan, aku menemukan sebuah kebersamaan, aku menemukan sebuah kegigihan. Hal-hal yang akan menjadi sebuah kebanggaan yang menakjubkan jika dipoles sedikit dengan pendidikan formal yang bermutu. Walaupun aku tak berharap ada Lintang lain di antara mereka, tapi paling tidak aku akan selalu berdoa bahwa satu atau lebih dari mereka bisa menggoalkan potensi terbaik mereka. Saat potensi itu muncul dan terasah seiring dengan kesholehan yang tak pernah pudar bahkan terus bertambah, aku yakin, ada jalan kesuksesan yang amat besar di depan mereka.

Untuk adik-adik kecilku…….terima kasih karena telah memberikan pelajaran hidup bagi kami yang lupa akan peranan manusia dalam kehidupan. Yah…aku mungkin tak bisa setiap saat member risol dan donat itu, tapi paling tidak, aku akan lebih menyukai kalian.

Salam cinta dariku…..

Terima kasih untuk temanku hari ini

Jumat, 30 Mei 2008

Yah…..aku sudah siap untuk berubah. Hanya itu yang ingin kukatakan. Baru kali ini mendapat nasehat dari seorang p;egmatis. Selama ini aku hanya menemukan mereka sebagai pendengar yang baik. Tapi ternyata, ketika mereka memberi saran dan member masukan, itu lebih mengena untuk orang-orang yang sanguinis sepertiku.
Aku terlalu lama hidup bersama orang korelis dan melankolis sehingga sering sekali merasa tertekan dan tidak bisa mengontrol diri ketika sedang berada di puncak emosi yang tinggi. Pasalnya, ketika aku panic maupun kesal, kata-kata dari korelis dan melankolis malah menambah perasaan panic dan akhirnya aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Bukan yang pertama kali bagiku untuk mendengar nasehat dari orang plegmatis, tapi ini adalah yang pertama kalinya aku menyadari bahwa orang-orang yang bisa menasehatiku dengan sangat baik hanyalah orang-orang yang plegmatis. Enung, Yani, dll. Entah ini baik atau tidak, tapi intinya hanya merekalah yang selama ini yang bisa benar-benar membuatku terbangun dari kebodohan. Mungkin karena mereka terbiasa mendengarkan, sehingga mereka selalu memiliki pendapat yang tepat dan hampir tidak menyinggung perasaan ataupun membuat tertekan khususnya bagi orang sanguinis. Percayalah…..ketika aku panic, semua orang akan merasa heran karena aku benar-benar tidak bisa mengontrol kepanikan itu. Dan baru kali ini aku bisa mengontrolnya dengan sangat baik. Paling tidak, aku bisa mempersiapkan ujian praktikum kimia keesokannya tanpa harus memikirkan hal yang tidak berguna. Terima kasih banyak untuk teman-teman plegmatisku yang selalu menyediakan waktu untuk mendengarkan si sanguinis ini bercerita. Terima kasih juga untuk seorang kawan yang telah memberi begitu banyak saran hari ini. Karena saran-saran itu, insya4WI aku siap untuk menemukan perubahan yang memang telah lama kunantikan untuk terjadi.
Jazakumullah khairan katsir. Luv u all coz 4WI.

Seruan untuk Para Pencari kebenaran….


Oh..ayolah, apa gunanya kalian pegang mushaf dan kalian hapalkan semuanya jika kalian enggan melihatnya bersinar dalam kepribadian kalian.

Apa pula gunanya kalian kenakan lambang bendera symbol pergerakan dan kemanjuan islam itu jika kalian masih enggan untuk bangkit menyambut seruan ini

Apa pula guananya kalian berucap begitu indah mengenai syurga dan buruknya neraka jika kalian enggan mencicipi pahitnya perjuangan

Apa pula gunanya kalian merdukan lafazh ayat-ayat cinta itu jika tak pernah rasakan tangisan ketika firman itu menampar hati dan menyentuh lembut kalbu dan nurani.

Apa pula gunanya kalian tunjukkan kalau kalian adalah MUSLIM jika tak pernah sekalipun terpikirkan apa itu IMAN

Apa pula gunanya syahadat dan takbir tiap waktu itu jika kalian hanya menganggap keduanya sekedar prasyarat untuk dinyatakan umat beragama

Apa pulanya kalian berazzam menjadi seorang yang selalu menjunjung tinggi nilai keislaman jika masih saja mencampurkan yang haq dan yang bathil.

Apa pula gunanya kalian mencari sahabat-sahabat sejati jika kalian enggan menjawab uluran tangan saudara kalian untuk sama-sama berjuang di jalan dakwah

Katakan KAWAN………..

Apa arti ISLAM bagi kalian…!!!!

Apa makna Al-Qur’an bagi kalian….!!!

APA urgensi IMAN bagi kalian….!!!

APAKAH HANYA UNTUK PRASYARAT AGAR DIAKUI SEBAGAI UMAT BERAGAMA…???

Kawan….tak rindukah kalian akan pertemuan abadi kita semua??

Tak inginkah kalian akan hadiah dari perjuangan suci ini….??

Sahabatku..aku mengajak kalian untu bangkit bersama

Aku mengajak kalian untuk menangis, untuk terluka, untuk tertatih dalam menjalankan amanah dakwah ini….

Hanya sebentar kawan…

Berjarak azan dan iqomat….seperti itulah hidup. Diawali dan diakhiri oleh keduanya.

Benar-benar hanya sebentar….

Aku mengajak kalian bersama…bersama diriku yang masih bodoh ini

Menuntut ilmu…..mengawali manisnya buah perjuangan islam.

Sungguh, air mata yang akan lebih sering keluar dalam perjuangan ini tak akan sebanding dengan hadiah yang dijanjikan ALLAH di hari akhir nanti.

AKu mengajak kalian……..berjalan menuju keridhoan ALLAH….

Untuk sahabat perjuangan……

27 Mei 2008

Waktu yang kita punya tak banyak untuk memupuk uhkuwah ini. Aku dan keihklasanku telah menawarkan sebuah dedikasi yang tak akan pernah kau jumpai di tempat lain. Sebuah dedikasi waktu yang hanya kuberikan untuk kalian sahabat. Sebuah dedikasi yang masih dapat kuberikan secara utuh untuk kasih dan sayang yang terlanjur tertanam untuk kalian sebuah dedikasi yang benar-benar hanya untuk kalian.

Kupersembahkan waktu yang kupunya untuk melangkah bersama kalian, kusediakan semangat yang tinggi untuk terus berada di sisi kalian, bersama dalam derai uji yang penuh lika-liku kehidupan. Kuberikan kesempatan-kesempatan yang ada hanya untuk kalian, untuk sama-sama berjuang di tengah peradaban zaman yang semakin tak tentu.

Ya…..manfaatkanlah kawan. Karena hanya kali ini saja bisa kulakukan. Akan tiba saatnya ketika dedikasi ini harus kuubah haluannya. Akan tiba saatnya ketika langkah ini tak sebebas camar yang melintas di permukaan lautan. Akan tiba saatnya ketika aku bukan lagi milik kalian dalam hal perjuangan secara agregat.

Kutawarkan….dan pergunakanlah teman, aku tak tahu kapan dedikasi ini akan berakhir, aku juga tak tahu kapan umur ini masih bisa melengkapi perjuangan keras kita dalam bersama-sama melengkapi perbekalan untuk kehidupan yang lebih abadi. Tapi satu hal yang pasti, waktu kita tak banyak.

Lalu….bagaimana dengan kalian??

Apakah aku bisa memiliki kesempatan untuk melangkah lebih jauh bersama tangan-tangan yang belum tersambut oleh batas waktu kebebasan?

Apakah aku bisa memiliki waktu lebih untuk menatap dunia ini bersama kalian kawan??

Kumohon…ada waktunya ketika kalian akan bersama orang yang terpilih untuk meneruskan perjuangan ini dengan lebih sejati. Akan ada waktunya ketika kalian harus menepis semua tawaran kebersamaan karena sebuah dedikasi yang lebih nyata. Akan ada waktunya, dan itu bukan sekarang.

Aku ingin mencapai cita-cita itu….

Aku ingin menuntaskan mimpi itu…

Aku ingin menggapai semua harapan itu…

Dan aku butuh kalian saudaraku…

Aku butuh senyum yang hanya bisa kudapatkan ketika kalian memang benar-benar berperan sebagai sahabat seperjuangan.

Ah….mungkin hanya aku yang terlalu berangan. Aku tak mungkin memaksa kalian untuk meninggalkan kebahagiaan yang terlalu cepat dan tak tepat waktunya itu, tidak….karena aku tahu, kalia lebih tahu mana yang lebih berharga…persahabat kita, atau cinta maya itu.

Namun, satu hal yang pasti.

Aku akan berada di sini..tetap berada di sini. Menunggu kalian dating membawa secangkir kesempatan untuk maju meraih mimpi bersama. Aku akan tetap menunggu di sini sampai tiba waktuku untuk tak lagi membutakan diri dengan persahabatan kita. Aku di sini menunggu kalian menoleh kepada perjuangan bersama kita.

Hanya untuk kalian….sampai tiba batas yang mengentikan angan ini…

Untuk sahabat2ku yang tengah tertipu oleh cinta semu. Percayalah, aku rindu kebersamaan kita yang dulu, saat kita tak teganggu oleh fatamorgana dunia remaja.

Akhirnya aku Pulang……


Hyaaaaa…………..rasanya senang sekali kembali ke rumah. Sebulan pas!! Wow….rekor baru salama TPB. Sedih banget waktu dapat sms dari adik tercinta yang cerewet banget itu… “mba…pulang kapan? Kalo pulang bawa molen kecil-kecil yang banyak banget ya….”. rasanya pengen nangis. Dan meskipun minggu pagi harus berada kembali di Bogor, aku tetap berazzam I must go home . bagaimana pun, orangtua memiliki hak atas diri kita kan??

Sampai di Jakarta kira-kira jam 9 malam. Wah…pas banget tuh, jam malamnya akhwat. Langsung ketemu papi…hix,,pengen nangis rasanya ketika kucium tangan besar itu. Yang bikin kesel Cuma…ketika kubuka pintu kamar, kulihat adikku terkapar tidur dengan nyenyak dan kesal ketika dibangunkan. Yah….memang sih, aku gak bawa molen kecil-kecil pesenannya, hanya sekantung onde-onde yang entah dia suka atau tidak, tapi…tetap saja aku mau mendengar sambutan yang penuh kerinduan dari dirinya..oh adik…..

Esoknya…langsung cao ke Mami. Tapi malang, saya lupa kalau hari sabtu itu SD masih ujian, jadi Mom pasti lagi ngawas. Padahal aku rindu banget. Alkisah, pergilah aku bersama Dad ke rumah Pa’de di JakUt, ada acara keluarga dan merasa punya tanggung jawab moral untuk berada di sana. Perbaikan gizi dengan makan makanan yang tak akan pernah dibeli di Asrama. Kenyang eui…..

Nah….tibalah saat pertemuan dengan Mom ku tercinta. Berbicara panjang lebar. Tapi sayang, hanya berlangsung sesaat coz keesokannya aku harus kembali pada kenyataan bahwa aku adalah mahasiswa, seorang praktisi akademis sekaligus organisator yang memiliki tugas sebejibun yang menanti untuk diselesaikan.

saatnya aku harus mengatakan

sepi....
perjuangan ini sepi

sunyi...
perjalanan pun sunyi

ingin rasanya seperti masa lalu
bersama-sama mengemis kasih ALLAH
dalam sebuah perjuangan nyata
bersama-sama tertatih-tatih meski payah
dan di sana keberadaan menjadi nyata...

tapi sahabat....
perlahan kebersaman itu memudar
dan yang tiggal hanya sepi...

sebuah ujian kembali ada
dan kita satu per satu mulai menghilang
pergi bersama mimpi, cita-cita, dan hari-hari yang baru...
dan masa lalu itu tidak memiliki kisah baru
berjalan...tanpa orang-orang yang sama.

Asing....
aku asing di dalamnya
karena aku tak lagi bertemu teman seperjuangan yang dulu

sepi...sepi aku dibuatnya..
karena perjuangan ini berjalan tanpa tangan-tangan yang dulu telah menarikku ke dalamnya

katakan sahabat...
harus berapa lama lagi aku menunggu
hingga kisah penuh tetes darah penghabisan itu terulang
harus berapa lama lagi aku harus menungu
sampai kita semua berkumpul kembali
kembali membangun peradaban,,,

_pesan yang kukirim untuk sahabat2 di DA 48_

hasil buah perasaan ba'da ALERT kemarin.
yah..mungkin keberadaanku di bogor yang membuatku merasa begitu asing......

masih sangat ingat...komitmen dulu di DA 48. komitmen untuk memajukan rohis.
awalnya, kupikir akan bisa berjalan dengan kondisi seperti ini. Jakarta-Bogor. waaah.. itu mah gak sejauh Jakarta-Australia. meski harus banting tulang, pasti bisa berkontribusi. minimal, gak pernah ketinggalan daurih n ALERT.

tapi....ternyata kesibukan di Bogor membuat jarak yang dekat itu menjadi sangat jauh. membuat waktu yang banyak itu menjadi sangat sempit. dan aku....hampir tak pernah kembali ke sana karena ke rumah pun bisa sebulan sekali.



namun, aku melihat sisi lain kehidupan. teman-temanku di IPB...tak pernah mempermasalahkanku..mereka bahkan sanggup membuat komitmen untuk kembali ke Jakarta seminggu sekali untuk Dakwah Sekolah. dan mereka bukan main, aktivis kelembagaan, sama sepertiku. dan ketika mengingat itu..aku merasa menjadi anak yang sangat manja, tidak tegas, atau apa pun itu. aku merasa menjadi pecundang ketika mengingat betapa teman-temanku itu amat tidak pernah mengeluh harus merelakan badan mereka untuk lelah demi keberlangsungan dakwah di sekolah mareka, sebuah bentuk pengkaderan yang sangat penting dalam kehidupan.

dan ALERT 2008 pun tiba. ALERT keempat yang pernah kualami. jauh sebelum acara ini ditentuklan harinya, aku sudah membayangkan banyak hal. aku bahkan memimpikan kembali ALERT-ALERT yang dulu, 2005, 2006, dan 2007. betapa rindu aku dengan para pejuang-pejuang ALERT yang dahulu itu. aku memimpikan kebersamaan dan ketegangan yang dulu berharap ALERT 2008 tak akan berbeda.

tapi.....aku merasakan sebuah perbedaan yang amat besar. sangat besar. satu hal yang aku pertanyakan ketika datang adalah....dimana? dimana teman-temanku? di mana pejuang ALERT yang dulu amat menggebu-gebu dalam pengkaderan?? di mana pejuang2 Rohis yang menarikku ke dalamnya dulu??
asing..ya...aku asing di dalamnya sampai-sampai ingin menangis.

bumi tempat kita berpijak sama. langit kita pun satu...tapi....
tetap saja, bahkan ALERT pun tak bisa mengumpulkan jiwa-jiwa yang terpisah oleh kesibukan dan dunia yang baru itu.

dan yang membuatku sedih adalah..aku tidak bisa menjamin...orang lain akan menanyakan kata "di mana" itu untukku yang tak dapat hadir entah di ALERT atau DAUROH yang ke berapa.

tak bolehkah aku bermimpi lagi....
bermimpi tentang perjuangan bersama.
membangun sebuah keberadaan ROHIS kita.
Sudah....lupakan saja konflik itu..
lupakan saja kesalahpahaman yang terjadi
lupakan khilaf yang pernah ada....
lupakan perselisihan
lupakan semua keburukan yang pernah ada......

kader-kader menungu tangan-tangan dingin perubah peradaban....
mereka menungu kita..
hanya sekedar ALERT atau DAUROH...apakah kita tak bisa menyempatan diri??

dan aku harus kembali mengingatkan diriku.
Jakarta-Bogor.....
Tidak sejauh Jakarta-Australia
2 setengah jam.......itu bukan waktu yang lama.....

tapi..aku tak akan sanggup membuat diriku bangkit kembali...jika hanya berjuang sendiri.
aku butuh pejuang-pejuang yang lain....

dan sahabat......sampai kapan aku harus menunggu......